Tips memilih Financial Planner
Layaknya dokter, jaman sekarang tidak lagi sebagai penyembuh. Lebih kearah konsultan, rekan atau partner untuk mengatasi sebuah kondisi. Demikian juga financial planner, sebagai rekan atau partner mengatasi sebuah kondisi, atau mencapai sebuah kondisi/tujuan.
Dulu, saat kedokter orang berkeinginan “yang penting sembuh” apapun terapinya. Saat ini dengan banyaknya informasi, anda pun semakin sadar kesembuhan bisa diupayakan tetapi tidak dapat dipastikan siapapun dokternya Financial Planner.
Sehingga, melihat result yang belum tentu pasti, maka pasien mencari dokter yang ramah, enak diajak bicara, terbuka, ahli dalam bidangnya dan independen (tidak terikat dengan produk farmasi atau obat tertentu).
Demikian pula tentang keuangan Financial Planner . Kadang tidak hanya hasil (yang belum pasti) yang diharapkan.
Tetapi kenyamanan, keterbukaan, independensi, kompetensi dan keramahan seorang finansial planner. Pergeseran keinginan, dimana saat ini anda ingin membuat keputusan sendiri, tetapi memerlukan pendampingan.
Uang anda, kekayaan anda, aset anda. Bagaimana performa investasi anda, tidak dapat dipastikan bahkan tidak dapat anda kontrol atau pilih. Seperti yang selalu dikatakan “kinerja masa lalu, bukan kepastian dimasa depan akan mendapat hasil serupa”.
Tetapi, perencana keuangan, anda dapat memilihnya.
1. Kompetensi
Untuk perencana keuangan independen ada satu sertifikasi yang diakui standar etik dan kompetensinya, yaitu CFP. Ada federasi atau board nya juga, di FPSB Indonesia. Saat ini ada sekitar 1000 CFP aktif di Indonesia, sehingga seharusnya anda tidak begitu kesulitan menemukan mereka, apalagi dikota besar.
CFP adalah kredensial paling signifikan dalam bidang perencanaan keuangan personal. Terstandarisasi, tetapi tidak semuanya sama.
2. Pertimbangkan pola pembayarannya
Perencana keuangan terafiliasi produk akan mendapat komisi dari perusahaan jika berhasil menjual produk kepada anda.
Perencana keuangan independen, tidak mencari komisi sehingga lebih objektif. Tetapi mereka mendapatkan uang jasa langsung dari anda.
Ada tiga pola pembayaran, yaitu konsultasi perjam, paket perencanaan (mini maupun komplit), dan fiduciary (1% dari aset anda pertahun).
Jika anda baru memulai, dan belum memiliki banyak aset, maka konsultasi perjam adalah pilihan terbaik.
Siapkan pertanyaan yang akan anda tanyakan. Biasanya pertanyaan konsultasi lebih superficial tidak sampai membahas angka-angka.
Karena waktu anda akan tersita banyak. Setidaknya, bawa daftar pertanyaan yang berisi hal-hal yang akan anda lakukan, kemudian konsultasikan. Bagaimana pendapatnya.
3. Cek latar belakangnya
Apakah calon planner anda pernah melanggar hukum, melakukan penipuan, atau ada kasus keuangan tertentu sebelumnya. Bisa juga anda tanyakan ke sekeliling anda, mana financial planner yang mereka rekomendasikan.
Pada penasehat keuangan bersertifikasi, biasanya namanya terdaftar. Semisal CFP Indonesia, nama-nama yang masih aktif akan dapat dilihat dari situs FPSB INDONESIA yang merupakan Board dari CFP dan RFP Indonesia.
4. Waspadai mulut manis dan janji
Jika anda bertemu siapapun, financial planner maupun agen asuransi yang menyatakan kepastian investasi dan janji muluk bahwa dia akan selalu mengalahkan pasar atau IHSG maka lebih baik anda pergi dan berlalu.
Tidak ada seorangpun mampu memprediksi masa depan. Bersiaplah dengan risiko jika anda menginginkan hasil yang lebih. Pegang prinsip High risk, High gain sehingga anda tidak mudah terkena bujuk rayu. Tak ada investasi yang menjanjikan hasil tinggi tanpa risiko.
Diantara tips-tips tersebut, mungkin pada akhirnya kepercayaan yang akan membawa anda ke seorang perencana keuangan.
Pribadi yang terbuka, ramah dan obyektif menjadi hal yang kemungkinan anda dambakan sebagai penasehat atau perencana keuangan anda.
Raih lah sebuah impian jangan pantang semangat insyaallah jalan itu akan datang